Contoh Kerangka Pemikiran: Skripsi, Kualitatif, Proposal, dan Kuantitatif
Blog

Contoh Kerangka Pemikiran: Skripsi, Kualitatif, Proposal, dan Kuantitatif

Bagi banyak mahasiswa, menyusun karya ilmiah seperti skripsi atau proposal bisa terasa menegangkan. Bukan karena malas, tapi karena ada bagian-bagian yang sering kali membingungkan.

Salah satu bagian yang bikin buntu adalah kerangka pemikiran. Istilahnya terdengar akademis, tapi saat mulai menulis, banyak yang terdiam—bingung harus mulai dari mana.

Padahal, kerangka pemikiran bukan sekadar formalitas. Ia adalah dasar logika penelitian yang menjelaskan arah berpikir dan hubungan antara teori dengan masalah yang dikaji.

Sugiyono (2017) menyebutkan bahwa kerangka pemikiran adalah “aliran logika dari hasil kajian teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis atau asumsi dalam penelitian.”

Tanpa kerangka yang jelas, arah penelitian bisa kabur dan susah dipahami. Ini yang sering jadi penyebab karya ilmiah terasa tidak solid atau asal-asalan.

Masalahnya, banyak referensi di luar sana terlalu teoritis. Penjelasannya rumit, minim contoh nyata, dan tidak aplikatif bagi yang baru pertama kali menulis karya ilmiah.

Akibatnya, banyak mahasiswa merasa gelisah dan mencari pegangan: “Apa sih sebenarnya kerangka pemikiran itu? Gimana cara nulisnya? Contohnya ada gak?”

Nah, artikel ini hadir untuk menjawab semua pertanyaan itu. Kita akan bahas dari A sampai Z, tapi dengan cara yang sederhana dan langsung bisa kamu praktikkan.

Apa Itu Kerangka Pemikiran?

Kerangka pemikiran, atau yang sering disebut conceptual framework, adalah gambaran tentang bagaimana seorang peneliti memandang dan menyusun hubungan antara konsep, variabel, atau ide-ide utama dalam penelitiannya.

Kerangka ini bisa disampaikan dalam bentuk naratif (tulisan yang mengalir) atau visual (diagram atau bagan). Tujuannya tetap sama: membantu pembaca memahami alur logika dari penelitian yang dilakukan.

Di dalam kerangka pemikiran, biasanya terdapat tiga komponen penting: landasan teori, rumusan masalah, dan arah berpikir peneliti. Ketiganya saling berhubungan dan menjelaskan mengapa serta bagaimana penelitian dilakukan.

Menurut Miles & Huberman (1994), kerangka pemikiran merupakan “jaringan konseptual yang logis dan koheren, yang membantu peneliti menyusun penjelasan tentang fenomena yang diteliti.” Artinya, bagian ini bukan cuma pelengkap, tapi penentu arah dan kedalaman analisis.

Dengan kerangka pemikiran yang baik, peneliti bisa menunjukkan bahwa penelitiannya tidak berdiri di udara, tapi berpijak pada teori dan logika ilmiah yang kuat. Ini juga jadi dasar dalam menyusun hipotesis atau asumsi awal.

Sebaliknya, kalau bagian ini lemah atau hanya sekadar formalitas, maka penelitian bisa kehilangan arah. Data mungkin terkumpul banyak, tapi tanpa kerangka logis, hasilnya akan sulit dianalisis dengan tajam.

Jadi, bisa dibilang kerangka pemikiran itu seperti “peta” atau “kompas” bagi peneliti. Ia memberi gambaran tentang ke mana arah penelitian akan dibawa, dan bagaimana peneliti memetakan perjalanan akademiknya.

Fungsi Kerangka Pemikiran dalam Penelitian

Kerangka pemikiran bukan hanya pelengkap formal dalam sebuah karya ilmiah. Ia punya peran penting yang membantu memperjelas arah, logika, dan struktur penelitian dari awal hingga akhir.

Pertama, kerangka pemikiran membantu peneliti merumuskan fokus penelitian secara terarah. Dengan menyusun hubungan antara konsep dan variabel, peneliti jadi tahu bagian mana yang harus dikaji lebih dalam.

Kedua, kerangka ini menjadi jembatan antara teori dan data di lapangan. Artinya, peneliti tidak asal mengumpulkan data, tapi sudah tahu data seperti apa yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Ketiga, kerangka pemikiran juga memudahkan pembaca atau pembimbing memahami cara berpikir peneliti. Ini penting, apalagi dalam proses bimbingan, ujian, atau publikasi karya ilmiah.

Keempat, ia menjadi dasar dalam menyusun hipotesis (untuk penelitian kuantitatif) atau asumsi awal (untuk penelitian kualitatif). Tanpa kerangka pemikiran yang kuat, hipotesis bisa jadi mengambang dan tidak relevan.

Selain itu, kerangka ini juga membantu menjaga konsistensi dan validitas penelitian. Ketika peneliti mengikuti alur yang sudah dirancang di kerangka pemikiran, maka hasil penelitiannya akan lebih terarah dan bisa dipertanggungjawabkan.

Dalam pandangan Creswell (2014), kerangka pemikiran adalah “struktur teoretis yang memberi landasan konseptual dalam menjelaskan fenomena yang diteliti.” Maka, semakin kuat kerangkanya, semakin tajam pula analisis dan temuan yang bisa diperoleh.

Singkatnya, kerangka pemikiran adalah fondasi yang menentukan seberapa dalam, seberapa luas, dan seberapa logis penelitian yang kamu lakukan.

Struktur Kerangka Pemikiran secara Umum

Setiap penelitian mungkin punya pendekatan yang berbeda—kualitatif, kuantitatif, atau campuran. Tapi secara umum, kerangka pemikiran selalu dibangun di atas struktur yang serupa.

Berikut adalah komponen penting yang biasanya ada dalam kerangka pemikiran:

1. Permasalahan Utama

Ini adalah akar dari segala pertanyaan. Peneliti harus menjelaskan apa yang menjadi masalah atau fenomena yang ingin diteliti. Permasalahan harus jelas, spesifik, dan relevan dengan bidang keilmuan yang diambil.

2. Landasan Teori

Bagian ini memuat teori-teori dan konsep yang relevan dengan topik penelitian. Teori ini akan menjadi alat analisis untuk menjelaskan fenomena yang dikaji. Semakin kuat dan tepat teorinya, semakin kokoh pula kerangka pemikirannya.

3. Kaitan Antar Konsep atau Variabel

Di sinilah peneliti mulai menjelaskan hubungan logis antara teori dan masalah. Untuk penelitian kuantitatif, biasanya mencakup hubungan antar variabel. Untuk kualitatif, lebih menyoroti relasi antar konsep atau fenomena.

4. Kerangka Berpikir Logis

Bagian ini menunjukkan alur atau tahapan berpikir peneliti. Bagaimana peneliti menyusun jalan pikiran dari masalah, dikaitkan dengan teori, hingga sampai pada arah analisis. Alurnya harus runut, tidak melompat-lompat.

5. Model Visual (Jika Diperlukan)

Peneliti bisa menambahkan bagan atau diagram untuk membantu memperjelas hubungan antar variabel atau konsep. Visualisasi ini tidak wajib, tapi sangat membantu memperjelas maksud peneliti—terutama dalam penelitian kuantitatif.

6. Hipotesis (Khusus Penelitian Kuantitatif)

Jika penelitian bersifat kuantitatif, maka kerangka pemikiran umumnya diakhiri dengan perumusan hipotesis. Hipotesis ini disusun berdasarkan relasi yang telah dijelaskan sebelumnya, dan nantinya akan diuji melalui data.

Struktur ini bisa saja sedikit berbeda tergantung kampus, dosen pembimbing, atau pendekatan penelitian yang digunakan. Tapi pada dasarnya, keenam elemen ini sudah mewakili komponen penting dalam menyusun kerangka pemikiran yang utuh.

Contoh Kerangka Pemikiran Skripsi

Setelah memahami teori dan struktur kerangka pemikiran, kini saatnya melihat bagaimana bentuk konkretnya. Contoh berikut diambil dari topik yang sering digunakan mahasiswa untuk skripsi.

Topik:

Pengaruh Penggunaan Media Sosial terhadap Produktivitas Belajar Mahasiswa

1. Permasalahan Utama

Banyak mahasiswa menggunakan media sosial hampir setiap hari. Namun, belum jelas apakah intensitas penggunaan media sosial berdampak positif atau negatif terhadap produktivitas belajar mereka.

2. Landasan Teori

  • Teori Uses and Gratifications: Menjelaskan alasan seseorang menggunakan media tertentu (Katz, Blumler, & Gurevitch).

  • Teori Produktivitas: Produktivitas belajar mencakup waktu belajar efektif, fokus, dan hasil akademik.

  • Penelitian sebelumnya juga menunjukkan hasil beragam: ada yang menyebut media sosial mendistraksi, tapi ada juga yang bilang bisa mendukung proses belajar.

3. Kaitan Antar Variabel

  • Variabel bebas (X): Intensitas penggunaan media sosial

  • Variabel terikat (Y): Produktivitas belajar mahasiswa

  • Hubungan yang ingin diuji: apakah intensitas penggunaan media sosial berpengaruh signifikan terhadap produktivitas belajar?

4. Kerangka Berpikir Logis

Peneliti berasumsi bahwa semakin tinggi intensitas penggunaan media sosial, maka produktivitas belajar bisa meningkat jika digunakan secara fungsional (misalnya untuk diskusi akademik), atau sebaliknya bisa menurun jika digunakan secara pasif/hiburan.

5. Model Visual (Diagram Kerangka Pemikiran)

(X) Intensitas Penggunaan Media Sosial
berpengaruh terhadap
(Y) Produktivitas Belajar Mahasiswa

6. Hipotesis (untuk penelitian kuantitatif)

  • H₀: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan media sosial dan produktivitas belajar.

  • H₁: Terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan media sosial dan produktivitas belajar.

Contoh Kerangka Pemikiran Kualitatif

Penelitian kualitatif lebih fokus pada makna, konteks, dan pemahaman mendalam terhadap suatu fenomena. Maka, kerangka pemikirannya juga bersifat lebih fleksibel dan interpretatif, bukan kaku seperti penelitian kuantitatif.

Berikut contoh dengan topik yang berbeda dari sebelumnya.

Topik:

Makna Kerja Bagi Pekerja Freelance di Era Digital

1. Permasalahan Utama

Di era digital, semakin banyak orang memilih menjadi freelancer. Namun, makna “kerja” bagi para pekerja freelance tidak selalu sama dengan definisi kerja pada umumnya. Bagaimana mereka memaknai pekerjaan di luar struktur organisasi formal?

2. Landasan Teori

  • Teori Eksistensialisme Kerja (Frankl, 2006): Menjelaskan bagaimana individu mencari makna hidup dan kerja dalam situasi bebas memilih.

  • Teori Kerja Fleksibel (Standing, 2011): Mengulas perubahan pola kerja di era gig economy, yang lebih mandiri, cair, dan tanpa kepastian jangka panjang.

  • Studi terdahulu menunjukkan bahwa kerja freelance punya dimensi emosional, identitas, dan otonomi yang berbeda dibanding kerja kantoran.

3. Kaitan Antar Konsep

  • Konsep utama: Makna kerja, kemandirian, kebebasan waktu, identitas sebagai pekerja.

  • Fokus hubungan: bagaimana makna kerja dibentuk oleh pengalaman pribadi, konteks digital, dan pola kerja fleksibel.

4. Kerangka Berpikir Logis

Peneliti berasumsi bahwa makna kerja bagi freelancer dibentuk melalui interaksi antara pengalaman kerja digital, nilai-nilai personal, serta tantangan ekonomi dan sosial yang mereka hadapi.

5. Model Visual (opsional)

Karena kualitatif, model visual tidak selalu diwajibkan. Tapi bila perlu, bisa digunakan diagram tematik untuk menunjukkan hubungan antara konsep-konsep kunci yang akan digali dalam wawancara.

6. Asumsi Penelitian (bukan hipotesis)

Penelitian ini tidak menguji, melainkan memahami. Peneliti berasumsi bahwa setiap freelancer punya makna kerja yang unik, tergantung pada latar belakang, motivasi, dan pengalaman personalnya.

Contoh ini cocok digunakan dalam pendekatan fenomenologis atau naratif, terutama jika kamu ingin menggali pengalaman subjektif responden secara mendalam.

Contoh Kerangka Pemikiran Proposal

Dalam proposal penelitian—baik untuk skripsi, tugas akhir, maupun proyek riset lainnya—kerangka pemikiran digunakan untuk menunjukkan dasar berpikir peneliti sejak awal. Ini penting untuk meyakinkan pembaca (termasuk dosen pembimbing atau sponsor riset) bahwa penelitian tersebut punya arah yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan.

Berikut ini contoh kerangka pemikiran yang ditulis dalam konteks proposal, dilengkapi dengan studi kasus nyata.

Studi Kasus Proposal:

Judul Proposal:
Efektivitas Program Bank Sampah dalam Meningkatkan Kesadaran Lingkungan Masyarakat Perkotaan (Studi Kasus: Kelurahan X, Jakarta Selatan)

1. Permasalahan Utama

Permasalahan sampah di perkotaan masih menjadi isu krusial. Meskipun pemerintah sudah mendorong program bank sampah, partisipasi warga seringkali rendah dan tidak konsisten. Peneliti ingin mengetahui seberapa efektif program ini dalam meningkatkan kesadaran lingkungan warga.

2. Landasan Teori

  • Teori Perubahan Perilaku (Prochaska & DiClemente): Perubahan perilaku butuh tahapan dan waktu, termasuk dalam hal menjaga lingkungan.

  • Teori Partisipasi Komunitas (Arnstein, 1969): Keterlibatan warga menjadi faktor penting dalam keberhasilan program sosial.

  • Beberapa studi menyatakan bahwa keberhasilan bank sampah tergantung pada pendekatan edukasi, insentif, dan pengelolaan yang berkelanjutan.

3. Kaitan Antar Konsep

  • Konsep utama: bank sampah, kesadaran lingkungan, partisipasi warga.

  • Peneliti mengaitkan bagaimana kehadiran bank sampah bisa menjadi pemicu meningkatnya kesadaran lingkungan melalui keterlibatan langsung warga.

4. Kerangka Berpikir Logis

Peneliti berasumsi bahwa ketika warga dilibatkan aktif dalam pengelolaan sampah (melalui bank sampah), maka kesadaran mereka terhadap lingkungan akan meningkat. Hal ini karena keterlibatan mendorong rasa kepemilikan dan tanggung jawab.

5. Model Visual (jika perlu)

📌 Program Bank Sampah
➡️ mendorong
📌 Partisipasi Warga
➡️ meningkatkan
📌 Kesadaran Lingkungan

6. Hipotesis/Asumsi Penelitian

Karena ini bisa bersifat campuran (kualitatif-kuantitatif), peneliti dapat menyusun:

  • Hipotesis (jika kuantitatif): Ada pengaruh signifikan program bank sampah terhadap peningkatan kesadaran lingkungan masyarakat.

  • Asumsi (jika kualitatif): Partisipasi aktif warga dalam program bank sampah membentuk pola kesadaran baru terhadap isu lingkungan.

Kerangka pemikiran semacam ini sangat cocok untuk dicantumkan dalam proposal, terutama bagian latar belakang dan dasar teori. Bisa juga dipakai dalam pengajuan dana riset atau kompetisi ilmiah.

Contoh Kerangka Pemikiran Kuantitatif

Penelitian kuantitatif berfokus pada pengujian hubungan antar variabel yang bisa diukur secara statistik. Karena itu, kerangka pemikirannya harus menunjukkan variabel, teori pendukung, serta arah hubungan yang akan diuji.

Berikut ini contoh nyata dalam topik ekonomi:

Topik:

Pengaruh Tingkat Inflasi dan Suku Bunga terhadap Investasi Swasta di Indonesia

1. Permasalahan Utama

Dalam beberapa tahun terakhir, fluktuasi inflasi dan perubahan suku bunga menjadi faktor penting dalam pertumbuhan investasi. Namun, seberapa besar pengaruh kedua variabel ini terhadap keputusan investasi swasta masih perlu diuji secara empiris.

2. Landasan Teori

  • Teori Investasi Keynesian: Investasi ditentukan oleh tingkat bunga dan harapan keuntungan masa depan.

  • Teori Klasik Ekonomi Makro: Inflasi yang tinggi mengurangi daya beli dan menciptakan ketidakpastian, yang pada akhirnya berdampak negatif terhadap investasi.

  • Penelitian sebelumnya (misal: Dornbusch & Fischer, 1990) menunjukkan adanya hubungan negatif antara inflasi dan investasi.

3. Kaitan Antar Variabel

  • Variabel bebas (X1): Tingkat inflasi

  • Variabel bebas (X2): Tingkat suku bunga

  • Variabel terikat (Y): Investasi swasta

  • Relasi yang akan diuji: Apakah inflasi dan suku bunga memiliki pengaruh negatif terhadap investasi swasta?

4. Kerangka Berpikir Logis

Peneliti menduga bahwa semakin tinggi tingkat inflasi dan suku bunga, maka minat investor swasta akan menurun. Inflasi mengikis nilai uang, sedangkan suku bunga tinggi membuat biaya pinjaman makin mahal.

5. Model Visual

📌 X1: Tingkat Inflasi
📌 X2: Suku Bunga
⬇️
📌 Y: Investasi Swasta

6. Hipotesis

  • H₀: Inflasi dan suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap investasi swasta.

  • H₁: Inflasi dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap investasi swasta.

Kerangka seperti ini umumnya digunakan dalam proposal penelitian ekonomi, termasuk untuk skripsi, tesis, atau laporan riset kebijakan. Untuk pengolahan data, analisis regresi linier berganda bisa jadi pilihan yang tepat.

Penutup

Menyusun kerangka pemikiran bukan sekadar kewajiban akademik—ini adalah cara Anda menunjukkan bahwa riset yang dilakukan punya arah, dasar, dan logika yang kuat. Tanpa kerangka yang jelas, penelitian mudah kehilangan fokus, dan argumen yang dibangun pun jadi rapuh.

Melalui pembahasan tadi, Anda sudah melihat bagaimana kerangka pemikiran bekerja dalam berbagai jenis pendekatan: kualitatif, kuantitatif, hingga dalam bentuk proposal. Dengan memahami struktur dan contoh nyatanya, proses menyusun kerangka tidak lagi terasa menakutkan, tapi justru jadi langkah awal yang menarik untuk menggali gagasan Anda sendiri.

Jadikan kerangka pemikiran sebagai peta jalan. Karena saat Anda tahu ke mana akan pergi, penelitian pun akan terasa lebih terarah—dan hasilnya pun lebih bermakna.

Semoga artikel ini bisa menjadi panduan praktis yang mencerahkan. Selamat menyusun kerangka, dan selamat meneliti!

Lihat Lainnya